“Demi Kemanusiaan, Tak Ada Jarak yang Terlalu Jauh: Satgas TNI Hadir untuk Pengungsi Kampung Misimaga”

Kodam XIV HSN2018 Dilihat

Distrik Gome, Kab. Puncak — Di balik gemuruh senjata dan riuhnya tugas negara, ada satu sisi dari prajurit TNI yang tak banyak diketahui publik: sisi kemanusiaan yang penuh kasih dan pengorbanan. Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti, melalui Pos Gome, kembali membuktikan bahwa kehadiran mereka bukan hanya untuk menjaga perbatasan, tapi juga menyembuhkan luka-luka yang tersembunyi—baik yang tampak, maupun yang tak terlihat.

Sebanyak 20 orang pengungsi dari Kampung Misimaga, Distrik Gome, yang terpaksa meninggalkan tempat tinggal akibat gangguan keamanan, kini menetap sementara dalam balutan kesederhanaan dan keterbatasan. Namun harapan mereka tidak dibiarkan padam.

Dipimpin oleh Serda Arfin, prajurit kesehatan Pos Gome turun langsung melaksanakan pelayanan kesehatan gratis kepada para pengungsi. Di dalam honai sederhana beralaskan jerami, para tenaga medis dari Satgas dengan penuh ketelatenan memeriksa, mengobati, dan menyapa satu per satu warga yang tengah bergulat dengan kondisi fisik dan trauma batin.

Dalam gambar yang terekam—lebih dari sekadar dokumentasi—terpampang wajah-wajah tulus yang menyimbolkan harapan. Seorang ibu tersenyum lirih, seorang anak dipeluk ibunya sambil menerima perban, dan para prajurit berseragam loreng sibuk membuka kotak P3K di atas tanah, bersimpuh di hadapan rakyatnya. Inilah wajah sejati negara: turut merasakan, turut menyembuhkan.

Danpos Gome, Lettu Inf Na’im Aryo, mengatakan dengan suara tenang namun penuh keyakinan:

> “Kami hadir bukan hanya sebagai penjaga kedaulatan, tapi juga penjaga nurani. Saat saudara-saudara kita di pelosok Papua membutuhkan uluran tangan, maka tugas kami adalah menjadi yang pertama hadir. Karena negara tidak boleh absen, walau hanya satu detik sekalipun, dari penderitaan rakyatnya.”

Kegiatan ini bukan hanya soal mengobati luka. Tapi tentang menyampaikan pesan cinta dari negara kepada rakyatnya—bahwa mereka tidak sendiri, bahwa dalam sunyi hutan dan lembah Papua, Indonesia hadir dalam bentuk tangan yang mengobati, hati yang peduli, dan tekad yang tak tergoyahkan.

Di honai kecil itu, prajurit TNI dan masyarakat menyatu dalam simpul yang lebih besar dari sekadar kewajiban. Mereka menyatu dalam semangat yang sama: bertahan, bangkit, dan melanjutkan hidup—bersama.

Sumber : Pensatgas Yonif 700

Posting Terkait

Jangan Lewatkan