OKEBUNG | Jalan setapak yang dibangun Satgas TMMD Reguler ke 115 tahun 2022 Kodim 0719/Jepara di Dukuh Grobokan, Desa Ujungwatu, Kecamatan Donorojo, melewati sumur tua.
Konon sumur ini dulunya dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci kasus dan konsumsi. Seiring perjalanan waktu, kini sumur tua tersebut perlahan mulai ditinggal warga karena fasilitas air bersih dari sumber lain sudah mulai tersedia.
Ialah Sumur Sendang Bunton berada di bahu jalan yang saat dibangun oleh Satgas TMMD Kodim Jepara. Menurut pengakuan warga sekitar sumur Sendang Bunton adalah petilasan Mbah Rofi’ah sang legenda dari Desa Ujungwatu.
Di lokasi sumur ini, oleh warga Ujungwatu setiap tahun tepat di bulan 1 Syuro rutin menggelar acara haul untuk Mbah Rofi’ah dan para tokoh-tokoh agama pendahulu.
“Profil Mbah Rofi’ah memang kami tidak tahu pasti. Namun cerita dari orang tua-tua terdahulu bahwa sumur ini merupakan petilasan beliau. Makanya di sumur ini setiap tahun diadakan acara haul,” cerita sejumlah warga Dukuh Grobokan sekitar lokasi jalan TMMD Kodim Jepara.
Di lokasi sumur ini setiap bulan Syuro, warga datang masing-masing membawa makanan dan minuman untuk disantap bersama sembari berdoa dan haul untuk beliau dan tokoh-tokoh legendaris Ujungwatu ini.
Desa Ujungwatu ini, konon menyimpan banyak cerita sejarah perjuangan dan mistis. Salah satu fakta sejarah bahwa Ujungwatu ini salah satu daerah perjuangan, yakni terdapat Benteng Portugis. Dari itulah di desa ini terdapat Wisata Pantai Benteng Portugis.
Nah, kembali ke Sumur Sendang Bunton tadi, dulunya setiap warga yang melintas harus memberi salam karena ingin lewat di lokasi itu. Jika tidak menyampaikan salam, konon akan diperlihatkan hal di luar logika.
“Dulu, kalau kita mau lewat di sumur itu harus memberi salam. Pernah ada mobil lewat dan sepeda motor mendadak mesinnya mati karena saat itu supirnya tidak yakin hal tersebut,” cerita warga lagi.
Namun terlepas dari semua itu, yang jelas warga kini sudah memiliki jalan pertanian betonisasi sehingga saat ke kebun, mereka tidak lagi berjalan kaki. Mereka juga sudah bisa membawa hasil kebunnya dengan mudah dan naik kendaraan. (Muis)